Kamis, 21 November 2013

cerpen remaja




                                                                                                                     Kena Batunya
Playboy. Mungkin itulah yang pantas dikatakan untuk kakakku tersayang. Seorang yang sombong, belagu, cerewat dan sok manis kepada semua orang. Mungkin begitu menjengkelkan namun dia adalah orang aneh bin ajaib. Arjuna Bima Hutama, seperti namanya dia adalah seorang pemuda yang memiliki wajah yang amat tampan, dada bidang, otot kekar, dan digilai oleh semua wanita di kampusnya.
Bayangin wanita mana yang nggak ngiler sama orang kaya dia. Kalo nggak ingat aku adik kandungnya udah aku gaet dia. Dengan sifat yang romantis, suka nggombal, dan penuh perhatian. Dia bahkan bisa menarik perhatian anak bupati sekalipun.
“Anjani, adikku sayang. Bantuin kakakmu yang paling keren dan tampan se-Indonesia ini donk, cariin kakak cewek yang geulis pisan. Anjani cantik deh, janji pokoknya nanti kalau dapat yang cewek kakak harapin. Kakak bakal nurutin semua kemauan kamu.” Pintanya dengan gombal jurus andalannya yang pasti bakal di langgarnya jika sudah mendapatkan yang diharapin. Akhirnya aku pasti akan ditelantarkan dengan janji palsu.
Yah. .begitulah caranya membujukku untuk mencarikan selingkuhan atau teman cewek untuk bermain. Baginya pacaran hanyalah mencari kesenangan semata, Having Fun. Bener laki-laki yang menyebalkan, pemberi harapan palsu, dan merupakan racun dunia yang perlu dibinasakan.
Nggak di kampus, di jalan, di mall dan dimanapun selalu aja godain dan nggombalin cewek. Sudah ribuan cewek menjadi korbannya. Di tampar, dipukul, dihina, bahkan di hajar habis-habisan sudah diterima kakak karena ceweknya yang nggak terima disakitan atau dihianatinya. Benar-benar kasihan, tapi biarlah. Biar menjadi ganjaran untuk dia agar nggak seenaknya mainin perasaan wanita. Tapi tetap saja nggak bisa membuat kakak berhenti.
Berulang kali, aku nasehati kakak namun nggak pernah digubris. Ayah Ibupun juga selalu menasehati dan mengingatkannya bahwa perbuatannya yang suka gonta-ganti dan nyakitin wanita itu nggak baik. Emang dasar kepala batu, udah dibilangin tetap saja ngeyel. Semua nasehat cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Nggak pernah didengerin dan dikerjakan.
Tapi ada yang aneh, kakak yang dulunya suka godain cewek sana sini sekarang diam aja begitu lihat cewek seksi nan cantik yang sedang ngalor-ngidul lewatin kami. Aku merasa karena dia hanya lagi Bad Mood saja.
Namun, kakak berubah. Sekarang dia nggak lagi ngrayu minta aku buat nyariin cewek kalau dia kehabisan stock. Malah sekarang aku nggak pernah lihat dia keluar malam buat tongkronging cewek-cewek, nggak lagi nggombal-nggombal di depan temen-temen aku, nggak lagi suka tebar pesona. Dan yang lebih buat aku heran,sekarang dia alim banget. Pakaiannya lebih dewasa dan sok serius padahal dulu sok metropolis. Stylenya juga kaku abis, nggak mecing sama mukanya.
Padahal style adalah nomor satu di setiap kegiatannya bahkan dalam kehidupannya. Selalu tampil menarik dan ganteng adalah yang paling utama. Selera pakaian dan modenya pun nggak kalah sama Kyuhyun personil super junior idolaku.
“Wuiss..sok dewasa banget nih sekarang. Bajunya, sepatunya terlalu serius banget sih! Apa modenya sekarang kaya gitu sih?” Tanyaku sambil ngeledek .
“Nggak. Mode sekarang untuk cowok dewasa tidak terlalu seserius ini.” Jawabnya enteng.
“Terus? Kenapa pakai kaya gini. Oh aku tahu, biar mengundang perhatian cewek-cewek kan!” tebakku sekenanya.
“Nggak juga. Hanya ingin ganti style saja.” Jawabnya lalu pergi ninggalin aku. Takut kalau aku korek-korek lagi sepertinya.
Tapi, jujur aku masih sangat penasaran dengan perubahan kakakku. Tak hanya sikap, pikiran, gaya bahasanya pun berubah. Yang dulunya selalu rempong kalau jawab pertanyaan pakai muter-muter dulu Jakarta-Bandung, sekarang jawabnya singkat, padat, jelas, enteng, dan penuh keyakinan. Ada apa dengan cowok ini ya?
Apa! Kakak nolak di ajak jalan sama Kirana. Kirana sang primadona sekolahku yang cantik jelita, tajir, perfect dan dia kejar-kejar dulu. Oh My God. 
“Kakak kamu belagu banget sih. Dulu ngikutin aku kemanapun aku pergi, selalu nguntitin pantatku. Kenapa sekarang sombong gitu?” Tanyanya padaku saat bertemu disekolah dengan penuh kekesalan.
“Meneketehe. Lagi sarap tuh orang! Gue aja juga bingung dengan sikapnya sekarang yang berubah 190 derajat.” Jawabku sok keren.
“180 derajat kali. Pasti dia kemaren habis kejedot tembok Berlin deh.”
“Kalau 180 derajat itu kurang makanya aku tambahkan 10 derajat. Sejak kapan tembok Berlin nongkrong di indonesia. Tapi loe tenang aja gue bakal cari penyebab kakak gue jadi agak sinting.” Kataku menenangkan hati Kirana, padahal hatiku juga sama seperti dia. Gak tahu, gak percaya, dan gak mengira kalau kakak gue jadi seperti itu.
Gue jedot-jedotin kepala di tembok..ah sakit.
Gue cubit pipi yang unyu ini.. ah sakit.
Ternyata nggak mimpi, kakak gue shalat. Alhamdulillah, ini bener-bener mukjizat yang bener-bener luar biasa. Nggak terasa air mata gue deres bikin air menggenang di depan pintu kamar kakak gue. Apa yang terjadi? Kenapa kakak bisa berubah dengan tiba-tiba?
Usut punya usut ternyata kakakku Arjuna Bima Hutama yang tersayang walaupun nyebelin sedang jatuh cinta. Dia sedang jatuh cinta dengan mbak Kumairah anak pak haji yang baru aja menyelesaikan kuliahnya di mesir satu bulan yang lalu. Dan cintanya yang satu ini bener-bener tulus dari lubuk hati yang paling dalam.
Namun dayung ternyata nggak bersambut. Cinta kakak yang bener-bener tulus ditolaknya, dengan alasan kakak adalah berandalan yang gak punya sopan-santun, tata krama dan karena kakak belum bisa menjadi imam yang baik soalnya nggak pernah shalat.
Makanya kakak sekarang berusaha menjadi orang yang baik, penuh tatakrama, sopan-santun dan menghargai wanita. Mengubah penampilan yang semula bak berandalan kece menjadi seorang laki-laki dewasa yang penuh kewibawaan, ketegasan dan keseriusan.
Namun, setelah kakak berubah cinta kakak tetap tidak diterima. Mbak Kumairah ternyata telah dijodohkan dengan seorang Ustadz jebolan Mesir juga yang kini sedang mengajar di Gontor. Semua harapan kakakku pudar. Hatinya remuk dan tertusuk-tusuk tak karuan.
Dengan air mata yang terus mengalir semakin deras dia mencurahkan semua isi hatinya. Hatiku menjadi pilu dan masih merasa nggak percaya. Aku kasihan kepada kakak yang selama ini selalu menemaniku, ternyata kisah cintanya yang bener tulus dan murni berakhir tragis tak terbalaskan. Aku memeluk erat kakak, kami berdua bak teletubis yang saling berpelukan.
Seorang yang selama ini suka memainkan hati wanita sesukanya dan semaunya. Sekarang harus terpuruk hanya karena seorang wanita yang tertutup dan baru dia kenal sebulan yang lalu. Seorang wanita yang telah berhasil membuatnya sadar berubah menjadi lebih baik.
“Sekarang kakak tahu kan bagaimana rasanya sakit hati karena cinta! Untung nggak nggantung dipohon cabe.” Candaku mencoba mencairkan suasana haru dan tegang yang masih menyelimuti kami.
“Iya deh. Kakak khilaf, sekarang kakak bakal lebih menyayangi dan menghargai perempuan.”
“Termasuk sama adik yang paling cantik dan manis ini kan.” Rayuku.
“Tentu saja. Kakak nggak bakal berhenti untuk selalu menyayangi dan mencintai adik kakak yang satu ini. Yang selalu menguatkan, membatu, dan mensupport kakak ketika sedang terpuruk.” Katanya sambil memelukku erat.
“Syukur deh. Kenapa baru sadar sekarang, kenapa nggak dari dulu saja. Punya adik yang manis nggak boleh disia-siakan donk.” Candaku penuh manja.
“Iya deh maafkan kakak ya Anjani Citra Hutama.” Balasnya sambil mencubit pipiku.
“Maaf terus. Belum lebaran lagi bang.” Jawabku. Membuat aku dan kakak tertawa terbahak-bahak.
Dari kejadian ini ternyata banyak hikmah yang terselip. Kakak menjadi orang yang baik, rajin shalat dan nggak pernah mainin perasaan wanita lagi. Dan yang lebih senang, kakak sekarang lebih dekat dan menyadari punya adik yang paling oke seperti aku ketimbang ngejar-ngejar cewek nggak karuan. Selesai.




Unsur Intrinsik
1.      Tema :
2.      Tokoh dan karakter :
Ø  Arjuna : sombong, belagu, cerewet, sok manis, suka cari perhatian, pantang menyerah.
Ø  Anjani : penyayang,
3.      Latar/setting :
Ø  Tempat : di rumah, di sekolah
Ø  Suasana : penuh penasaran
Ø  Waktu : ketika arjuna mulai menyadari kekeliruannya.
4.      Alur : alur maju
5.      Amanat :
Ø  jangan suka mempermainkan perasaan orang lain.
Ø  Semua perbuatan pasti akan menerima balasannya.
Ø  Jangan mudah putus asa dan selalu berusaha untuk memberikan hasil semaksimal mungkin.
6.      Sudut pandang : orang pertama pelaku utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar